Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2010

Lari dari Tuhan (5 - End)

“ Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu." Sekali ini tidak ada alasan bagiku untuk tidak melakukannya. Sekeras apapun aku mencoba untuk lari, tidak akan mungkin bisa. Tuhanku itu cukup keras kepala juga rupanya. Kemauan-Nya harus terlaksana dan tidak ada kata “ tidak ” dalam kamusnya (sepertinya). Akupun bersiap-siap berangkat ke Niniwe dan hendak mewartakan pesan-Nya tersebut. Perjalanan ke Niniwe memakan waktu satu hari. Niniwe sebuah kota yang besar, sangat besar. Luasnya mencapai tiga hari perjalanan. Benteng kota itupun sangat kokoh, sekokoh tembok kotanya. Para tentara mereka sangat gagah dan pantang menyerah. Benar-benar tipe pejuang sejati, kupikir. Setiap sudut kota terlihat pos-pos penjagaan lengkap dengan persenjataan yang dahsyat. Para penjaga selalu terlihat berpatroli tanpa kenal le...

Lari dari Tuhan (4)

“ Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, ” Tinggal di dalam perut ikan tersebut membuatku banyak berpikir dan merenungkan segala yang telah terjadi. Aku merenung tentang hidupku. Aku merenungkan tentang hari-hari dimana aku mengikuti semua yang Tuhan perintahkan kepadaku sampai pada hari-hari dimana aku melarikan diri dari Tuhan. Ah, pokoknya semuanya. Akupun sempat berpikir, kenapa Dia tidak membiarkan aku pergi saja. Toh, masih banyak orang lain yang bisa Dia pilih dan Dia minta untuk menyampaikan pesan-Nya itu.  Akupun akhirnya mengerti bahwa tidak mungkin bagiku melarikan diri dari Dia. Akupun berdoa kepada-Nya mengharapkan belas kasihan-Nya turun atas aku. "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan g...

Lari dari Tuhan (3)

“ Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. ” Kapalpun berlayar cepat. Para awak kapal dan nahkoda terlihat sangat bersemangat. Mereka sesekali terlihat saling bercerita dan bercanda. Sungguh, suasana di kapal itu benar-benar hidup. Mereka sudah seperti saudara satu sama lain. Yah, mungkin karena mereka sudah lama bekerja bersama-sama di kapal ini. Sesekali kulihat lumba-lumba berenang di tepian kapal, seperti memandu kapal ke arah yang benar. Malam pun tiba. Rasa dingin mulai menyeruak merasuki kapal kami. Bulan yang enggan untuk bersinar membuat malam ini menjadi semakin gelap dan dingin. Perasaanku semakin tidak enak malam itu. Aku merasa bayang-bayang Tuhan mengikutiku sepanjang perjalanan ini. Kekhawatiran tiba-tiba menyelimutiku. Aku khawatir kalau-kalau Tuhan menurunkan badai besar dan menghancurkan kapal ini. Oh, kasihan awak kapal ini. “Hmm, dingin sekali mala...

Lari dari Tuhan (2)

“ Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. ” Pagi-pagi buta aku berangkat meninggalkan Gat-Hefer. Aku tidak mau, kalau-kalau Tuhan mencegahku di tengah jalan dan menyuruhku kembali. Tetapi, kemana aku harus pergi? Ah, nanti saja kupikirkan soal itu, yang terpenting sekarang aku harus pergi jauh dari hadapan-Nya. Aku hanya mengikuti kemana kakiku ini akan melangkah. Hal yang terpenting, jauh dari Tuhan, dan yang utama jauh dari Niniwe. Yafo, sebuah kota pelabuhan di pesisir pantai Laut Tengah. Kota yang berdiri 40 meter di atas permukaan laut ini, memberikan pemandangan garis pantai yang begitu indah. Burung-burung camar terlihat menari-nari di langit, di atas permukaan laut. Penduduk kota ini hanya ...

Lari dari Tuhan (1)

"Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." “Biarkan saja Asyur binasa.” “Mengapa Tuhan harus repot-repot memberikan peringatan kepada mereka?” “Apa sebenarnya yang Dia pikirkan?” “Ah, kenapa Dia harus peduli dengan orang-orang Niniwe itu? Bukankah mereka itu memang sudah selayaknya dimusnahkan?“ Pikiran-pikiran itu berkecamuk dalam benakku. “Tuhan seharusnya hanya memikirkan Israel dan bukan Asyur atau yang lainnya.” “Masa bodoh dengan mereka!!!” teriakku memprotes Dia. Aku ini seorang Ibrani dan aku takut akan Tuhan. Sebenarnya bukan kali ini saja Dia memintaku pergi untuk menyampaikan pesan-Nya. Sudah seringkali Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui aku. Orang-orang sebangsaku menyebutku sebagai seorang Nabi. Tetapi, aku lebih suka mengatakan bahwa aku hanyalah pesuruh Tuhan. Aku hanya melakukan apa yang Tuhan minta untuk aku lakukan atau katakan. Seri...