Lari dari Tuhan (1)
"Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
“Biarkan saja Asyur binasa.”
“Mengapa Tuhan harus repot-repot memberikan peringatan kepada mereka?”
“Apa sebenarnya yang Dia pikirkan?”
“Ah, kenapa Dia harus peduli dengan orang-orang Niniwe itu? Bukankah mereka itu memang sudah selayaknya dimusnahkan?“
Pikiran-pikiran itu berkecamuk dalam benakku.
“Tuhan seharusnya hanya memikirkan Israel dan bukan Asyur atau yang lainnya.”
“Masa bodoh dengan mereka!!!” teriakku memprotes Dia.
Aku ini seorang Ibrani dan aku takut akan Tuhan. Sebenarnya bukan kali ini saja Dia memintaku pergi untuk menyampaikan pesan-Nya. Sudah seringkali Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui aku. Orang-orang sebangsaku menyebutku sebagai seorang Nabi. Tetapi, aku lebih suka mengatakan bahwa aku hanyalah pesuruh Tuhan. Aku hanya melakukan apa yang Tuhan minta untuk aku lakukan atau katakan. Seringkali aku harus menempuh perjalanan yang jauh dan sukar untuk menyampaikan Firman-Nya. Belum lagi, aku seringkali harus berhadapan dengan bahaya maut pada saat mereka tidak suka dengan pesan yang aku sampaikan. Beberapa kali mereka mengejar-ngejar aku dan bersepakat untuk membunuhku. Tetapi, sesering itu pulalah, Tuhan menyelamatkan aku dari tangan mereka semua.
Namun, bila pesan yang kubawa adalah soal kemenangan dalam perang, seperti yang pernah aku sampaikan kepada Yerobeam bin Yoas bahwa dia akan memenangkan pertempuran melawan Aram, sontak rakyat dan Raja akan mengelu-elukan dan memberikan jamuan istimewa untukku. Pada saat itu, Rajapun mengerahkan pasukannya dan berhasil merebut kembali tanah Israel, mulai dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan firman yang disampaikan-Nya kepadaku.
Tetapi, ketika Dia memintaku untuk ke Niniwe dan menyampaikan Firman-Nya kepada mereka, aku tidak mengerti akan jalan pikiran-Nya. Aku berpikir, untuk apa Dia peduli dengan kaum kafir seperti orang-orang Niniwe. Niniwe adalah ibukota Asyur, dan Asyur adalah musuh dari Israel, umat-Nya. Apa maksud-Nya dengan memintaku ke Niniwe dan menyampaikan pesan-Nya kepada Asyur. Jujur, aku protes kepada-Nya. Aku tidak mau Asyur sampai menyesali kejahatan mereka dan akhirnya Dia tidak jadi membinasakan mereka. Kaum kafir seperti mereka tidak layak untuk diselamatkan.
“Aku tidak akan pergi ke sana. Tidak akan pernah!!!”
“Untuk apa aku memperingatkan bangsa laknat itu?”
“Bangsa itu tidak layak untuk diperingatkan!!”
“Bukankah seharusnya Tuhan senang, jika bangsa itu tidak lagi ada di muka bumi ini?”
“ARGGHHH, pusing aku dibuatnya!!!”
Aku pun merencanakan untuk pergi jauh dari hadapan-Nya.
“Lebih baik aku menyingkir saja dari sini. Biar saja Dia mencari orang lain untuk menyampaikan pesan-Nya itu.”
(Bersambung....)
Komentar
Posting Komentar
All comments will be moderated (more than 14 days old, since I get plenty of spams on it. As long as you keep on the topics, I will publish your comment. Please be patience.