Lari dari Tuhan (2)
“Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.”
Pagi-pagi buta aku berangkat meninggalkan Gat-Hefer. Aku tidak mau, kalau-kalau Tuhan mencegahku di tengah jalan dan menyuruhku kembali. Tetapi, kemana aku harus pergi? Ah, nanti saja kupikirkan soal itu, yang terpenting sekarang aku harus pergi jauh dari hadapan-Nya. Aku hanya mengikuti kemana kakiku ini akan melangkah. Hal yang terpenting, jauh dari Tuhan, dan yang utama jauh dari Niniwe.
Yafo, sebuah kota pelabuhan di pesisir pantai Laut Tengah. Kota yang berdiri 40 meter di atas permukaan laut ini, memberikan pemandangan garis pantai yang begitu indah. Burung-burung camar terlihat menari-nari di langit, di atas permukaan laut. Penduduk kota ini hanya beberapa ratus ribu, tetapi kota ini merupakan kota yang sangat strategis. Rajapun memandang perlu untuk membangun benteng dan memperkokoh tembok kota guna mengantisipasi serangan lawan. Di beberapa sisi benteng dan tembok kota, ditempatkan meriam-meriam untuk senjata pertahanan. Di setiap sudut kota dibangun pula menara penjagaan dan para prajurit pun selalu kelihatan berjaga-jaga dari pagi hingga malam. Kebanyakan penduduk kota ini bekerja sebagai pembuat kapal dan nelayan. Kota ini juga merupakan kota persinggahan yang sangat penting. Banyak kapal-kapal asing singgah di Yafo, entah hanya untuk membeli perlengkapan untuk keperluan kapal mereka, sebelum mereka akhirnya berlayar ke tempat tujuan utama mereka ataupun melakukan perdagangan di Yafo.
Setelah seharian, akhirnya aku tiba di Yafo. Akupun memutuskan untuk menginap beberapa hari di sini, sambil berpikir, apa yang harus kulakukan selanjutnya. Kota ini memang nyaman, makmur dan damai, tetapi aku tidak bisa tinggal lama di sini. Yafo masih terlalu dekat dengan Niniwe.
“Aku harus menyeberang dari Yafo.” Pikirku.
“Sebaiknya aku ke dermaga dan melihat-lihat di sana.”
“Siapa tahu aku bisa menumpang salah satu kapal mereka untuk pergi ke tempat jauh.”
Akupun melangkahkan kakiku ke dermaga. Kulayangkan pandangan ke sekeliling dermaga yang terlihat sibuk dengan aktivitas bongkar muat barang dan penumpang. Beberapa kapal terlihat tidak ada aktivitas, tetapi sebagian besar sedang sibuk dengan aktivitas bongkar muat. Orang-orang pun terlihat lalu lalang di dermaga ini. Ada yang mengantar salah seorang anggota keluarganya yang akan berlayar, dan ada juga yang menjemput anggota keluarganya yang baru saja turun dari kapal. Terlihat pula, para awak kapal yang begitu terburu-buru dengan aktivitas bongkar muat barang di kapal. Beberapa diantara mereka bahkan kelihatan kelelahan.
“Wow, ramai sekali dermaga ini.” Gumamku seorang diri.
“Memang tidak salah banyak orang singgah ke kota ini dan bahkan akhirnya menetap di sini.”
“Bagaimana sekarang? Kemana aku harus pergi?” pikirku selanjutnya
Tiba-tiba saja, pandanganku tertuju pada sebuah kapal yang tertambat di seberang dermaga. Kapal itu cukup besar. Akupun menghampiri kapal tersebut dan bertanya kepada para awak kapal, kemana mereka akan berlayar. Salah seorang dari mereka memberitahu bahwa kapal itu akan berlayar ke Tarsis hari ini dan sepertinya para awak kapal itu tidak mengenaliku sebagai seorang Nabi.
“Ya!! Tarsis!! Aku akan ikut kapal ini ke Tarsis.” Teriakku seperti habis menang lotere.
“Tuhan tidak akan mengejarku sampai ke Tarsis.” Pikirku dalam hati.
Tarsis sangat jauh dari Niniwe, dan itu berarti aku akan terbebas dari tugasku untuk memperingatkan Niniwe. Akupun meminta mereka membawaku serta ke Tarsis. Pada awalnya mereka menolak, tetapi ketika aku katakan rela membayar berapapun untuk mengangkutku, merekapun akhirnya setuju. Akupun segera membayar mereka dan membantu mereka bersiap-siap untuk berlayar ke Tarsis. Setelah menunggu beberapa jam, kapalpun berangkat meninggalkan dermaga Yafo. Sesuai kesepakatan, akupun turut dengan mereka menuju ke Tarsis.
(Bersambung....)
Komentar
Posting Komentar
All comments will be moderated (more than 14 days old, since I get plenty of spams on it. As long as you keep on the topics, I will publish your comment. Please be patience.